IPP
Ada hal menarik dalam sambutan yang dibacakan oleh Inspektur Upacara Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024 Kecamatan Kebasen, Wahyu Adhi Fibrianto, S.STP, M.A.P. Naskah sambutan yang ditanda tangani oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito Ariotedjo, menyampaikan tentang Indek Pembangunan Pemuda atau disingkat IPP.
Apa itu IPP?
IPP adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kondisi serta potensi pemuda di suatu wilayah atau negara. Indeks ini biasanya mencakup berbagai aspek, seperti pendidikan, kesehatan, partisipasi dalam kegiatan sosial dan politik, serta kesempatan kerja.
Tujuan dari IPP adalah untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kualitas hidup pemuda dan untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki agar pemuda dapat berkontribusi secara maksimal terhadap pembangunan masyarakat dan negara. Dengan memahami indeks ini, pemerintah dan organisasi lain dapat merancang kebijakan atau program yang lebih efektif untuk mendukung pengembangan pemuda.
IPP biasanya diukur dalam rentang nilai dari 0 hingga 1, di mana 0 menunjukkan kondisi terendah atau tidak ada pembangunan sama sekali sedangkan 1 menunjukkan kondisi tertinggi atau pembangunan yang sangat baik. Rentang nilai ini memudahkan perbandingan antara negara atau wilayah. Secara umum, nilai IPP dapat dikategorikan dengan 0.0 - 0.4 rendah, 0.4 - 0.7 artinya sedang dan 0.7 - 1.0 artinya tinggi.
IPP Indonesia yang disampaikan dalam sambutan itu adalah pada angka 56,33 persen atau 0,5633 artinya IPP sedang.
Lalu secara rinci aspek apa saja yang dinilai dalam IPP Indonesia? Dalam rangkaian sambutan itu dirinci bahwa capaian domain Pendidikan sebesar 70,00 persen dari IPP 56,33, sementara domain kesehatan dan kesejahteraan sebesar 65,00 persen, domain gender dan diskriminasi sebesar 53,33 persen domain lapangan dan kesempatan kerja sebesar 45,00 dan domain partisipasi dan kepemimpinan sebesar 43,33 persen.
Dengan melihat IPP ini, kita semua perlu menyadari terutama para pengambil kebijakan (pemerintah) bahwa lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja lebih rendah dibanding aspek pendidikan. Tentu menjadi melo bila kita dengarkan lirik lagu yang dirilis 43 tahun lalu oleh penyanyi kawakan Iwan Fals dengan judul Sarjana Muda. Melo karena sudah 43 tahun sejak kondisi itu diungkapkan dalam sebuah lagu, tapi sampai saat ini masih sama.
"Berjalan seorang pria muda, dengan jaket lusuh di pundaknya, di sela bibir tampak mongering, terselip s'batang rumput liar. Jelas menatap awan berarak, wajah murung s'makin terlihat, dengan langkah gontai tak terarah, k'ringat bercampur debu jalanan."
"Engkau sarjana muda, resah mencari kerja, mengandalkan ijazahmu, empat tahun lamanya, bergelut dengan buku, tTuk jaminan masa depan. Langkah kakimu terhenti, di depan halaman sebuah jawatan, tercenung lesu, engkau melangkah, dari pintu kantor yang diharapkan, terngiang kata tiada lowongan, untuk kerja yang didambakan. Tak peduli berusaha lagi, namun kata sama kau dapatkan."
Jika aspek lapangan kerja dalam IPP lebih rendah daripada aspek pendidikan, artinya ada ketidaksesuaian atau ketidakseimbangan antara tingkat pendidikan yang dicapai oleh pemuda dan kesempatan yang tersedia bagi mereka di pasar kerja. Implikasi dari kondisi ini tentu cukup banyak diantaranya kesenjangan keterampilan, mungkin terdapat kesenjangan antara keterampilan yang diajarkan di institusi pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan, tingkat pengangguran tinggi karena kurangnya kesempatan walaupun memiliki pendidikan tinggi. Kualitas pekerjaan bisa jadi pekerjaan yang tersedia mungkin tidak sebanding dengan pendidikan yang dimiliki pemuda.
Semoga pemerintahan baru seperti yang disampaikan dalam sambutan itu, akan mengorkestrasi langkah bangsa Indonesia mewujudkan target-target pembangunan jangka menengah sebagai landasan pencapaian target pembangunan jangka panjang 2045, yaitu terwujudnya Indonesia Emas yang bercirikan kemajuan dan kesejahteraan yang makin tinggi, serta kiprah bangsa Indonesia yang lebih kuat dalam kancah global.
Semoga