Psikosomatis

Dilihat : 941 Kali, Updated: Senin, 21 April 2025
Psikosomatis

Psikosomatis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala fisik yang disebabkan atau diperburuk oleh faktor-faktor psikologis seperti stres, kecemasan atau depresi. Gejala psikosomatis dapat berupa sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, masalah kulit, kelelahan, gangguan nafsu makan dan lain-lain.

Kasus Psikosomatis sering datang ke Puskesmas, rumah sakit atau dokter praktek untuk berobat. Mereka memang betul-betul merasakan sakit sehingga merasa membutuhkan obat untuk penyembuhan. Tetapi setah diperiksa dengan pemeriksaan yang banyak, kadang tidak ditemukan hasil pemeriksaan penunjang semacam laboratorium, rontgen atau rekam jantung yang menunjukan deviasi yang signifikan.

Ciri-ciri gejala Psikosomatis dapat berupa gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis yang jelas, hubungan dengan stress, emosi, kecemasan atau depresi dan kadang ada perubahan gejala fisik yang sesuai dengan perubahan kondisi psikologis.

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi Psikosomatis sekitar 28,4%. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pengaruh ini meliputi lingkungan kerja fisik seperti tempat kerja, fasilitas, pencahayaan, dan ketenangan serta lingkungan kerja non-fisik seperti hubungan interpersonal, komunikasi efektif, dan dukungan social.

Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak nyaman dapat menurunkan tingkat produktivitas dan moral pegawai, sehingga mempengaruhi tujuan organisasi. Selain itu, stres kerja yang disebabkan oleh faktor psikososial lingkungan kerja juga dapat menyebabkan gejala psikosomatis seperti sakit kepala, nyeri otot,  gangguan pencernaan dan kejenuhan kerja.

Terlebih bagi pekerja/pegawai dengan kegiatan monoton yang terjadi bertahun-tahun. Bila kondisi ini mulai ada, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan secara pribadi antara lain 1. Mengelola stres: Lakukan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau deep breathing untuk mengurangi stres. 2. Komunikasi efektif: Pastikan komunikasi yang efektif dengan rekan kerja dan atasan untuk mengurangi kesalahpahaman dan konflik. 3. Mengatur waktu kerja: Atur waktu kerja yang seimbang untuk menghindari kelelahan dan stres. 4. Mengambil jeda: Ambil jeda singkat untuk merefresh pikiran dan tubuh. 5. Meningkatkan kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang gejala psikosomatis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 6. Menggunakan fasilitas kesehatan: Manfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik. 7. Membangun hubungan positif: Membangun hubungan positif dengan rekan kerja dan atasan untuk meningkatkan dukungan sosial. 8. Menghindari konflik: Menghindari konflik dengan rekan kerja dan atasan untuk mengurangi stres dan kecemasan.

Untuk Manajemen juga dapat melakukan mengembangkan program kesehatan komperehensif untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik karyawan seperti pelatihan, siraman rohani, outing class, kaji banding, capacity building dan lain-lain. Juga meningkatkan komunikasi yang efektif antara atasan dan karyawan menjadi sebuah kebutuhan agar mereduksi kesalahpahaman dan konflik. Kegiatan apel pagi, rapat koordinasi, konseling indivaidu dapat dimanfaatkan untuk sarana komunikasi ini.

Komentar