IWR

Dilihat : 994 Kali, Updated: Jumat, 21 Juni 2024
IWR

Terlalu sering kita mendengar berita duka dari orang-orang sekitar kita, yang hari kemarin masih aktif bekerja, bercanda bersama, dikabarkan sehat wal afiat, tiba tiba ada berita duka telah meninggal dunia dari orang-orang itu.

Berita tentang kematian seperti itu pada Pemilu 2019 juga menjadi perhatian publik terkait dengan kematian dan kesakitan ribuan penyelenggara pemilu tahun 2019. Tidak selesai sampai di situ, tahun berikutnya ketika wabah Covid menyerang, ribuan orang juga meninggal karena Covid padahal dibawa ke rumah sakit dalam kondisi umum yang relatif baik.

Pertanyaannya kemudian adalah, apakah meninggalnya mereka semua tanpa sebab? Apakah orang yang kabar berita dukanya mendadak, sebelumnya memang sehat tidak memiliki resiko terjadinya kematian mendadak? Atau penyelenggara pemilu yang meninggal juga sebelumnya memang tidak memiliki resiko untuk terjadinya kematian mendadak? Atau kematian karena terinfeksi Covid juga semata-mata karena Covid?

Laporan yang dipublikasikan secara resmi oleh Kementrian Kesehatan, ternyata tidak demikian. Mereka para penyelenggara pemilu maupun para penderita Covid, mayoritas bahkan hampir semua yang meninggal telah memiliki faktor risiko pemberat yang disebutnya sebagai Comorbid. Faktor-faktor risiko itu yang telah dimiliki jauh-jauh hari sebelumnya, ketika ada effort yang cukup seperti kelelahan atau penyakit infeksi yang berat, faktor risiko itulah yang menjadi pemicu terjadinya kematian. Sebutlah ada Hipertensi, Diabetes Milites (kencing manis), Penyakit Jantung, Stroke, Penyakit Saluran Pernafasan dan lain-lain yang semuanya dikelompokan dalam kategori Penyakit Tidak Menular (PTM) yang semakin hari semakin banyak kasusnya.

Skrining Kesehatan Gratis

Padahal untuk sampai menjadi penyakit seperti disebut di atas, menurut penelitian Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) butuh waktu setidaknya sepuluh tahun dari semenjak terdeteksi adanya faktor risiko. Ada yang namanya penyakit antara, sebelum benar-benar menjadi penyakit yang permanen. Contohlah sebelum menjadi Diabetes Milites (Kencing Manis), sebelumnya telah mengalami kondisi hiperglikemia (gula dalam darah tinggi) bertahun-tahun tapi tidak pernah diketahui. Mengapa tidak diketahui? Karena memang tidak pernah diperiksa. Megapa tidak diperiksa? Karena tidak ada keluhan atau tidak mengganggu. Rata-rata kita akan memeriksakan diri kita ke dokter atau melakukan pemeriksaan kesehatan ketika sudah ada keluhan. Sementara orang dengan hiperglikemia tidak memiliki keluhan. Kondisi itu juga terjadi dengan penyakit antara yang lain seperti hipertensi dan hipercholesterolemia.

Nah, upaya deteksi dini adanya faktor risiko penyakit tidak menular itu oleh Kementrian Kesehatan dirangkaikan dengan gerakan pencegahan lain yang kemudian dipopulerkan dengan istilah GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Kecamatan Kebasen secara rutin setiap bulan mengadakan kegiatan GERMAS dengan menggerakan masyarakat bersama perangkat desa secara bergilir. Seperti bulan Juni ini, GERMAS Kecamatan Kebasen dilaksanakan di Desa Karangsari. Sebelumnya juga dilaksanakan di Desa Kalisalak dan Desa Bangsa. Diawali dengan kegiatan jalan sehat yang diikuti oleh perangkat kecamatan, perangkat desa, PKK dan para kader kesehatan serta masyarakat, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan utamanya pada deteksi dini PTM yang melibatkan Puskesmas Kebasen, kemudian peserta GERMAS juga disuguhi makanan ringan yang mendukung GERMAS.

GERMAS di Desa Bangsa

Bila GERMAS ini menjadi gerakan popular di masyarakat, dan masyarakat betul-betul melaksanakan gerakan ini dengan intens, maka dipastikan PTM yang menjadi ancaman yang menakutkan karena menjadi penyebab kematian tertinggi saat ini, perlahan akan menurun.

Dan PTM bukan hanya ancaman yang menakutkan tapi juga menghabiskan pembiayaan kesehatan yang sangat besar bagi BPJS Kesehatan dan angka kasusnya juga terus naik setiap harinya. Ini terjadi karena begitu seseorang didiagnosa memiliki PTM, maka dia akan membutuhkan obat terus sampai dinyatakan IWR (Innalillahi Wa Inna Illaihi Rojiuun).

Komentar